Senin, 20 Maret 2017

Para Pemburu Bule



howmuchmoneytheymake.com

Bisa juga disebut Bule Hunter. Hal ini cenderung kearah negatif. Karena mengarah ke hal negatif, hal ini pun berdampak bagi saya (kami) yang berpasangan dengan seorang warga asing. Para pemburu bule ini tak segan melakukan apapun demi mendapatkan sang bule yang diimpikan. Bule yang saya tulis disini adalah kaum kaukasoid, kaum manusia berkulit putih yang sering disebut ras paling bagus. Kaukasoid merefer pada warga eropa dan sekitarnya.

Apa saja yang mereka targetkan? 

Nomer satu biasanya harta. Ya ya ya dong. Harta. Harta selalu menjadi hal yang menyilaukan kebanyakan orang. Dengan asumsi jika setiap bule adalah kaya, maka mereka memiliki banyak uang. Apa indikator kaya bagi pemburu bule? Yang sekali di kurs-kan dollarnya bisa menjadi jutaan rupiah. Memang, jika setiap bule bergaji tiga ribu dollar, maka sudah tentu itu akan menjadi lebih dari 30juta rupiah. Silau kan? Tentu dong. Tapi mereka nggak pernah tau berapa biaya hidup dinegara para bule tersebut. Sudah bisa sisa saja sudah bagus. Apalagi dengan adanya krisis di eropa saat ini, cenderung menyebabkan pengeluaran jauh lebih besar daripada pendapatan yang masuk. Apakah ini terpikirkan oleh mereka? Nehi! No! Mereka mana mikir hal ini. Yang jelas yang mereka tau, para bule sanggup berhura-hura disini. 

Suka hura-hura = indikasi kaya. 

Ya tentu saja, satu bulan disini hanya menghabiskan 1/8 dari jumlah pendapatan mereka.
Masih kerdilnya pemikiran tentang kekayaan ini yang membuat mereka ingin menjadi social climber dengan cara praktis. Padahal berhubungan dengan bule itu tidak semudah yang dibayangkan. Apa-apa dibayarin bule. Ya memang sih, ada beberapa bule nakal yang sanggup membayarkan semua pengeluaran wanitanya selama disini, tapi kalau bule itu serius, tentu saja dia menginginkan split billagar adil. Karena wanita kedudukannya sama dengan pria dan tidak ada istilah dibayarkan lelaki, kecuali memang lelakinya yang meminta. 

Barang branded pun selalu menjadi incaran para pemburu bule ketika berkencan dengan bule. Makan di restoran mahal adalah satu kewajiban jika berpacaran dengan bule. Ihhh, padahal bule saya doyan banget makan makanan pinggir jalan yang katanya super enak daripada yang di mall. Mungkin bule saya ini bule yang low profile. Nggak melulu ditempat bagus bergengsi, dimanapun selama kita berdua nyaman meskipun murah juga kita asik-asik aja. Yang penting nyaman, kalo bisa murah. Juara.

Selain itu, target yang lebih halus lagi adalah memperbaiki keturunan. Well, siapa sih yang nggak pengen punya keturunan cakep-cakep? Ya pasti mau dong ya. Tapi caranya juga yang bener dong. Jangan mentang-mentang pengen anak yang cakep, asal comot aja bule manapun asal mau diajak tidur dan menghamili, trus ditinggal kabur. Banyak kok bule yang nggak bener juga. Jadi kalo pemburu bule sudah mendapatkan buruannya, dan si bule pun hanya menginginkan one night stand atau butuh pelampiasan aja, pas dong. Mereka berjodoh. 

Para pemburu pun tak segan-segan menarik perhatian bule dengan berbagai cara agar si makhluk kaukasoid ini jatuh ke pelukannya. Oops..mungkin sekaligus hartanya. 

Tapi bukan salah para pemburu jika memang kebanyakan orang masih saja melihat kaum kaukasoid sebagai kaum superior yang harus dijunjung tinggi. Dengan stereotip negatif yang masih melekat bagi pasangan bule, dengan berat hati kamipun yang menemukan pasangan kita dengan baik-baik harus menanggung dampak yang tidak adil tersebut. 

Apapun itu, hendaknya kalian tidak melihat bule sebagai kaum superior, tidak melihat (kami) para pasangan bule sebagai pengerat isi rekening mereka. But yes, every choices has its own risks. 

Note : bule diatas adalah wajah bule idaman saya. Dewasa, matang, dan wajah tidak semulus porselen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar