“Excuse me, can I sit
here next to you?”
“Sure, please”
“Sure, please”
Sudah menjadi kebiasaanku menghabiskan waktu di coffee shop langgananku untuk menulis
dan sesekali merenung. Aku memesan ice café
latte kesukaanku dan juga donat dengan topping
rasa green tea. Hmm bahkan
pekerja disitu sudah mengenalku sejak lama dan seketika menyajikan pesananku. Tanpa
aku harus memesannya terlebih dahulu.
Siang ini aku membawa laptop putih kesayanganku untuk
menulis. Aku adalah seorang penulis lepas di salah satu majalah yang
diterbitkan internasional. well… kerjaku
tak mewajibkanku tinggal di Amerika untuk mengisi satu kolom di majalah mereka.
Dengan kemajuan teknologi, you can work
globally.
“You look so serious,
are you working?”
“Yep I am”
“You seems a writer”
Dengan mataku yang menatap pandangan penasaran, “How do you know?”
“Easy. You with your glasses, laptop and ice coffee… typically a writer. Even just for businessman, they will busy with their phone. Not focused on laptop and keep typing like you”
“Yep I am”
“You seems a writer”
Dengan mataku yang menatap pandangan penasaran, “How do you know?”
“Easy. You with your glasses, laptop and ice coffee… typically a writer. Even just for businessman, they will busy with their phone. Not focused on laptop and keep typing like you”
Aku pun tersenyum mendengar hipotesanya.
“I am Eric. But for a
writer like you, just call me E”
“Ohh! Al. You can call me Al”
“Ohh! Al. You can call me Al”
Tak banyak berkata-kata, kubiarkan E menikmati hidupnya di
warung kopi ini dan kulanjutkan pekerjaanku tanpa terlalu menggubrisnya. Tapi…
dia terus-terusan berbicara dan mengajakku berbicara. Biasanya aku tak terlalu
senang ketika ada orang mengajakku bicara ketika aku bekerja. Tapi…
“May I know if you can
speak Indonesia?”
“Yes, I can speak Indonesian. Aku bisa kok ngomong Bahasa Indonesia. Aku sudah tinggal disini sejak 10 taun lalu”
“Wow.. No wonder you can speak Indonesian”
“Kamu memang penulis?”
“Ya.. penulis lepas untuk majalah internasional, dan juga blogger, dan ya beberapa hal lain yang berhubungan dengan menulis adalah hidupku. Sesekali memotret. Bagaimana denganmu?”
“Well… aku bekerja di salah satu perusahaan internasional, seperti delegasi dari negaraku untuk Indonesia. Seperti itulah. Kamu kelihatannya senang ya menjadi penulis”
“Hmm.. apa lagi yang paling kamu senangi dan menjadikanmu bahagia selain bisa melakukan hobi dan dibayar karena hobi kamu tersebut?”
“Ya… benar sekalli”
“Ok, aku harus pergi sekarang, aku ada jadwal memotret jadi aku harus pergi sekarang. Nice to talk with you E”
“Yes, I can speak Indonesian. Aku bisa kok ngomong Bahasa Indonesia. Aku sudah tinggal disini sejak 10 taun lalu”
“Wow.. No wonder you can speak Indonesian”
“Kamu memang penulis?”
“Ya.. penulis lepas untuk majalah internasional, dan juga blogger, dan ya beberapa hal lain yang berhubungan dengan menulis adalah hidupku. Sesekali memotret. Bagaimana denganmu?”
“Well… aku bekerja di salah satu perusahaan internasional, seperti delegasi dari negaraku untuk Indonesia. Seperti itulah. Kamu kelihatannya senang ya menjadi penulis”
“Hmm.. apa lagi yang paling kamu senangi dan menjadikanmu bahagia selain bisa melakukan hobi dan dibayar karena hobi kamu tersebut?”
“Ya… benar sekalli”
“Ok, aku harus pergi sekarang, aku ada jadwal memotret jadi aku harus pergi sekarang. Nice to talk with you E”
Aku pun mengemas semua barangku dan pergi meninggalkan E. Sesaat
sebelum pergi, E memanggilku dan …
“Al… can we meet
again?”
“Sure! You can find me easily here. This coffee shop is like second home for me” sembari melemparkan senyuman, aku pun pergi meninggalkannya.
“Sure! You can find me easily here. This coffee shop is like second home for me” sembari melemparkan senyuman, aku pun pergi meninggalkannya.
…to be continue…
Pr/Br
Tidak ada komentar:
Posting Komentar