Rabu, 04 September 2019

Media Sosial Saat ini

Aku membaca artikel hari ini tentang seseorang di tengah mobilitasnya bekerja yang tinggi rasa lapar mulai mendatanginya lalu ia pun bergegas berhenti di sebuah mall dekat tempatnya beraktivitas.

Ia pun masuk ke sebuah resto dalam mall tersebut lalu tak lama kemudian dia keluar dari resto tersebut setelah membaca plakat dalam resto dimana semua makanyanya mengandung daging yg dilarang oleh ajaran di keyakinannya.

Setelah kejadian itu dia menuliskan artikel (artikel yg aku baca) dengan menyebutkan secara detail tempat, gambar warungnya/restonya serta menyertakan nama mall,alamat dan nama restonya.


Disini aku ingin bertanya kepada teman teman semua, tulisan yg saya baca  di atas apakah termasuk tulisan informatif atau diskriminatif?

ANALISIS

Informatif
Menurut pendapat saya, mungkin jika yg membaca mempunyai keyakinan yang sama dengan penulis tersebut, tulisan ini bisa di katakan informatif dimana pembaca mendapatkan informasi bila mereka sedang berkunjung ke Mall yg ada dalam artikel mereka tau resto mana yang tidak dapat mereka kunjungi.

Begitu juga sebaliknya jika yg membaca beda keyakinan artikel ini bisa disebut informasi mereka jadi tau jika di Mall tersebut ada resto yg menjual masakan favorit mereka mungkin.

Diskriminatif
Akan tetapi jika yg membaca tidak mempunyai keyakinan yg sama dan cenderung melihat dari sisi yg negative artikel di atas akan di anggap diskriminatif mereka beranggapan apa yg di tulis itu sebagai tindakan menjelek jelekan resto dan mall padahal yg salah masuk adalah penulis kenapa malah menulis dan menyebut identitas resto di media social.

KESIMPULAN

Intinya tulisan di anggap salah atau benar di karenakan tempat dimana ia mepromote tulisannya dalam case di atas media yg di gunakan adalah media seosial yg notobane dapat di akses dan di baca banya kalangan yg beda atau yg berkeyakinan sama karna pada dasarnya sebuat tulisan dapat di nilai dari berbagai sudut pandang (negative dan positif) tergantung kadar kesensitifan seseorang, bisa juga hal ini di manfaatkan oleh orang yg tidak bertanggung jawab atau tidak suka terhadap pihak tertentu sebagai alat penghancur.


Studi kasus diatas sama dengan kasus Ustad Abdul Shomat dimana ia dianggap melecehkan suatu agama karena menyebut salib pada ceramah beliau akan tetapi beliau beranggapan tidak perlu meminta maaf, di karenakan cerama beliau sudah pada termpat yg semestinya di dalam rumah ibadah dimana umat yg hadir saat itu  memiliki keyakinan yang sama dengan beliau


seperti itu garis besar yg dapat saya uraikan jika ada yg salah saya sebagai penulis meminta maaf sebesar besarnya, sekali lagi tulisan ini hanyalan pendapat saya tanpa di perngaruhi pihak mana pun

 
 
Br/Pr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar