Pulau Lombok memang
terkenal sebagai pulau dengan sebagian besar penduduknya adalah muslim, tapi tahukah
kalian jika Lombok juga menyisakan bukti kejayaan Hindu di pulau tersebut?
Majapahit yang sangat terkenal tersebut ditengarai memegang
peranan penting dalam setiap penyebaran hindu ke seluruh Indonesia. How come? Patihnya yang bernama Gajah
Mada tersebut melakukan ekspedisi ke Bali untuk memperluas wilayah kekuasaannya
termasuk menyebarkan agama hindu. Singkat cerita, kalian bisa cek beberapa
kesamaan aksara antara Jawa, Bali dan Lombok. Memang berbeda, tapi masih
terdapat kesamaannya. Saya sebagai seorang asli Jawa Timur yang pernah belajar
hanacaraka, ketika ke Bali seketika merasa ‘Woah!! Aksaranya mirip!’. Ketika
mengunjungi Pulau Lombok pun, saya tak kalah kagetnya ketika melihat aksara
mirip aksara Jawa yang dituliskan di jalan sebagai penanda jalan. Kalau kalian pernah
ke Jogja, kalian pasti pernah melihat penanda jalan berwarna hijau yang
bertuliskan aksara Jawa. Nah di Lombok pun mirip seperti itu. Mengapa bisa
seperti itu? Karena setelah diteliti pengaruh Majapahit yang terlalu kuat
sampai di Pulau Bali, dan dari Pulau Bali dibawa menuju Pulau Lombok.
Salah satu jejak hindu bisa dilihat di Pulau Lombok adalah
Pura Meru. Pura meru merupakan sisa peninggalan hindu, yang terbesar dan pura
hindu kedua yang penting di Lombok. Pura di bangun pada tahun 1720 dan
didedikasikan untuk trinitas hindu (Brahma, Vishnu dan Shiva). Meru sendiri konon
singkatan dari gunung semeru karena yang membangun pura ini masih merupakan
keturunan Singosari (CMIIW). Meru ini juga menyimbolkan tentang kesucian tiga
gunung yaitu Gunung Rinjani, Gunung Agung dan Gunung Bromo. Terdiri dari 11
tingkat diperuntukkan Shiva, dan masing-masing 9 tingkat untuk Brahma dan
Vishnu.
gerbang yang berada tepat ditengah menuju dan keluar bangunan utama
Pura Meru terletak di Jalan Selaparang cenderung berwarna
oranye bata. Untuk bisa memasuki lingkungan pura ini, pengunjung membayar
10ribu rupiah dan akan dipinjami sepotong tali untuk digunakan untuk mengikat,
selayaknya sarung yang digunakan di Prambanan ataupun Borobudur. Tersedia guide
yang akan memandu pengunjung. Dengan corak warna oranye, lingkungan pura
terbilang sepi dari pengunjung. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu luas,
namun cukup berperan penting bagi kejayaan hindu di masa itu.
Note : all pictures
are taken by me. This is copyright to silverestrella image
Pr/Br
Tidak ada komentar:
Posting Komentar