Minggu, 12 Februari 2017

[History]Cicit Prabu Brawijaya


Sesuai kesepakatan kita berdua (saya dan Prisca penulis Renjana), Minggu kedua Renjana akan menyajikan tulisan tentang Sejarah. Menulis Sejarah menurut saya hal yg paling memusingkan hehe..., karena selain harus berhati hati,saya juga diharuskan membaca referensi tentang Sejarah dari penulis penulis sebelumnya apalagi jika saling berterkaitan jalan ceritanya.

Masih di wilayah Sidoarjo dekat tempat tinggal saya,konon di dekat daerah Sidoarjo terdapat Kerajaan legenda Hindu Budha di Indonesia.
Ya... Majapahit Kerjaan yg menurut sejarahnya adalah kerajaan paling berkuasa di pulau Jawa.Tidak hanya di pulau jawa, Kekuasaan Majapahit juga ada yg di luar pulau jawa bahkan di Asia Tenggara, ini ditandai dari penemuhan peninggalan kuno di daerah daerah tersebut seperti penemuan patung patung yg miliki kemiripan dengan peninggalan Majapahit, serta penemuan Pararaton (Kitab Kitab Raja) yg menceritakan sedikit tentang sejarah Majapahit.
Besarnya kerjaan Majapahit tidak lepas dari Kontribusi para Rajanya sebut saja salah satunya Raden Wijaya Pendiri Majapahit, Hayam Wuruk Raja yg mengantarkan Majapahit pada puncak kejayaan bersama panglima perangnya Gajah Madah,  Brawijaya V pemegang tonggak Raja terahkir Majapahit.

Kebetulah saya pernah mendengar kabar jika di daerah Sidoarjo ada sebuah makam perempuan dimana yg menurut cerita penduduk setempat perempuan tersebut merupakan cicit dari Prabu Brawijaya, cerita ini menggugah ketertarikan saya untuk mendatangi tempat tersebut.Ya sebagai orang yg di besarkan di Jawa, setidaknya saya tau sejarah peradapan di Tanah leluhur saya.
Makam ini belokasi di daerah Terung Wetan tepatnya RW 02 Desa Terung Wetan Sidoarjo, di sinyalir oleh penduduk setempat adalah makam dari Putri Ayu,identitas makan di tuliskan juga pada prastasti di sekitar pintu masuk makam.
 

Tak jauh dari prastasti ada sebuah pendopo yg letaknya tepat di depan pintu masuk makam Putri Ayu. Menurut keterang orang setempat yg saya temui di area pendopo mengatakan jika makam ini selalu ada pengunjung dengan bermacam macam tujuan, ada yg bertujuan untuk berziara kemakam leluhur, ada pula yg bertujuan sama dengan saya yaitu menggali informasi/cerita (biasanya yg bertujuan menggali informasi/cerita adalah wartawan dan anak sekolah). Selain pendopo di area Makan juga disediahkan fasilitas musolah dan toilet umum untuk para pengunjung.
Mungkin para pembaca bertanya siapa yg membangun fasilitas tersebut? saya mencoba menggali informasi dari bapak bapak yg kebetulan berada di pendopo, mereka memberitahukan bahwa bangunan pendopo di bangun oleh Pemerintah sebelum tahun 1965 guna melestarikan dan menghormati peninggalan bersejarah Nenek Moyang Indonesia, dan di pugar kembali di tahun 2014.


Pendopo
Musola
                                   

Toilet Umum
Pasti para pembaca penasaran, bagaimana sih, bentuk makam bersejarah ini? Tenang, saya juga penasaran kok, tidak sabar ingin segera mengetahui wujud makam tersebut, tapi saya harus menunggu pengunjung yg sudah terlebih dahulu masuk kedalam makam, kurang sopan rasanya jika saya memaksa mengambil foto bersama pengunjung lainnya yg sedang melakukan kegiatan berziarah, takutnya saya mengganggu kekusukan ritual yg sedang mereka lakukan hehe...
Sambil menunggu pengunjung di dalam keluar, saya duduk di pendopo dan kebetulan suasan saat itu sedang turun hujan, saya menenggak secangkir kopi yg di sediahkan oleh warga yg berada di pendopo.


Tak lama kemudian, perziarah makam Putri Ayu keluar,warga mempersilakan saya untuk masuk kedalam. Wah rasanya menengangkan masuk ke makam, malam hari sedirian lagi, saya yakin kalian belum pernah merasakan pengalaman menegangkan ini.
Selain membangun fasilitas pendukung, agar makam ini tetap terjaga dan tidak cepat rusak pemerintah membangun sebuah kamar berukuran 4x5 untuk melindungi makan dari panas matahari dan hujan. Pintu kamar makam yg berwarna coklat seleret putih ukurannya kecil sehingga jika kita mau masuk kedalam, harus menundukan kepala kita agar tidak terbentur dinding pintu, di tembok atas pintu terukir naman Raden Ayu Putri di bawahnya tulisan dengan aksen aksara jawanya. Untuk membuka pintu, terlebih dahulu harus melewati tangga pintu yg terbuat dari batu bata, batu bata ini berukuran besar tidak seperti batu bata biasanya. Menurut informasi warga, batu ini adalah batu puing puing bangunan peninggalan kerajaan Terung yg di temukan 2 Meter di bawah Tanah perkarangan di depan Makan.
Pintu kamar Makam Raden Ayu Putri

Saya memberanikan diri masuk kedalam,ternyata setelah saya masuk kedalam kamar makan itu, makam tidak seseram seperti bayangan saya. Makam dari batu marmer ini, kelihatannya sudah mengalami pemugaran juga, di sekitar makam di beri selambu dan pagar yg terbuat dari alminium, mungkin bertujuan agar makan kramat ini tidak sembarang di sentuh oleh  pengunjung/perziarah.

Saya mencoba mendekat ke makam untuk mengambil gambar,sayangnya saat itu saya hanya membawa dan mengambil gambar dengan camera hp saya, (maklum journalist amatiran) jadi gambarnya kurang jelas (maaf ya para pembaca (*_*)).

Ya, walaupun ruangan itu tidak seperti yg ada di bayangan saya, berada di sana sendirian cukup membuat bulu kuduk saya berdiri, saya memutuskan tidak belama lama di tempat itu dan bergegas keluar hehe...
Makan Raden Ayu Putri (Pic1)
Makam Raden Ayu Putri (Pic 2)


Setelah membaca tulisan saya tentang keberadaan dan bentuk makan, para pembaca pasti penasaran tentang kisah atau silsilah hubungan dari Raden Putri Ayu dengan Prabu Brawijaya dimana saya berani menuliskan pada judul artikel blog tentang Sejarah Renjana ini, dengan judul cicit Prabu Brawijaya

Sebelumnya saya bercerita, saya perkenalkan terlebih dahulu dengan bapak yg berada di sebelah saya (pada foto di bawah). Beliau sering di panggil warga sekitar dengan panggilan pak Suep, pak Suep adalah juru kunci makam Raden Putri Ayu, Rumah beliau berjarak 100 meter dari makan, beliau membuka sebuah warung kopi. pak Sueplah yg memberikan saya informasi tentang asal usul Raden Ayu Putri.

Dahulu di kisahkan ada Raksasa wanita yg tertarik dengan ke gagahan Prabu Wijaya, Raksasa itu merubah dirinya menjadi gadis yg cantik bernama Endang Sasmintapura,dan segera ditemukan oleh patih Majapahit (yang juga bernama Gajah Mada) di dalam pasar kota. Sasmintapura pun dipersembahkan kepada Brawijaya untuk dijadikan istri

Namun, ketika sedang mengandung, Sasmintapura kembali ke wujud raksasa karena makan daging mentah. Ia pun diusir oleh Brawijaya sehingga melahirkan bayinya di tengah hutan. Putra sulung Brawijaya itu diberi nama Jaka Dilah.

Setelah dewasa Jaka Dilah mengabdi ke Majapahit. Ketika Brawijaya ingin berburu, Jaka Dilah pun mendatangkan semua binatang hutan di halaman istana. Brawijaya sangat gembira melihatnya dan akhirnya sudi mengakui Jaka Dilah sebagai putranya

Jaka Dilah kemudian diangkat sebagai bupati Palembang bergelar Arya Damar. Sementara itu Brawijaya telah menceraikan seorang selirnya yang berdarah Cina karena permaisurinya yang bernama Ratu Dwarawati (Putri Campa) merasa cemburu. Putri Cina itu diserahkan kepada Arya Damar untuk dijadikan istri.

Arya Damar membawa putri Cina ke Palembang. Wanita itu melahirkan putra Brawijaya yang diberi nama Raden Patah. Kemudian dari pernikahan dengan Arya Damar, lahir Raden Kusen. Dengan demikian terciptalah suatu silsilah yang rumit antara Arya Damar, Raden Patah, dan Raden Kusen.
Setelah dewasa, Raden Patah dan Raden Kusen meninggalkan Palembang menuju Jawa. Raden Patah akhirnya menjadi raja Demak pertama, dengan bergelar Panembahan Jimbun dan Raden Kusen menjadi raja di kerajaan Terung dengan bergelar Adipati Kusen, dan Raden Putri Ayu adalah putri dari Adipati Terus sehingga bisa dikatakan Raden Ayu Putri adalah cicit dari Raja Terahkir Prabu Brawijaya.

Saya akan membagi cerita sedikit kisah dari Raden Ayu Putri. Saat Remaja, Raden Ayu Putri suka sekali bermain masak masakan,layaknya remaja seumurannya, dengan bunga seolah olah sebagai sayur, ia memotong bunga itu layaknya memotong sayur.

Ketika selesai bermain, pisau yg ia gunakan ia pangku tak berapa lama pisau itu menghilang. Bertepatan dengan menghilangnya pisau, tiba tiba Raden Ayu Putri mengandung.
Ayahanda yg tidak lain adalah Adipati Terung, marah besar dan bertanya kepada putrinya, "Siapa yang telah menghamilimu, putriku?", Raden Ayu Putri menjelaskan bahwa kandungannya tersebut di sebabkan oleh pisau yg tiba tiba menghilang, Adipati terung bertambah marah, ia mengira anaknya berbohong untuk menutupi aib tersebut.

Melihat ketidak percayaan Ayahnya, Raden Putri Ayu mengambil keputusan berani dengan membunuh dirinya sendiri, sebelum ia melakukan itu, ia berpesan pada Ayahnya di depan rakyat Terung, jika darah yg keluar dari tubuhnya beraroma wangi, maka apa yg ia katakan, bahwa Ayah anak yg di kandungnya itu merupakan sebuah pisau, benar, dan setelah saya meninggal saya meminta agar Ayahanda tidak mengubur jasad saya melainkan membuangnya ke bengawan di wilayah terung (konon ceritanya makam Putri dan sekitarnya dahulu adalah sebuah bengawan).

Dan benar, setelah Raden Putri Ayu meninggal, darah yg di keluarkannya beraroma Wangi, dan ketika jasad di buang ke bengawan, bengawan itu tiba tiba membentuk sebuah pusaran yg di mana air bengawan seperti di sedot kedalam Tanah, jadi lah Bengawan tersebut sebuah daratan yg sampai sekarang daratan itu menjadi perkampungan  warga Terung.

Para pembaca, itulah sedikit Alkisah dari Raden Putri Ayu, semoga teman teman terpuaskan dahaga Sejarah tentang Nenek Moyang Indonesia oleh tulisan saya tentang Makam Cicit Prabu Brawijaya.


Br/Pr 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar