“Oma… Oma… ada pos dari Belanda”
“Oiya? Dari Booley kah?”
“Hmm bukan. Dari Grace ini”
“Oiya? Dari Booley kah?”
“Hmm bukan. Dari Grace ini”
Oma adalah panggilanku kepada nenekku. Seorang nenek Indo,
memiliki darah Belanda yang kebetulan kakak kandungnya tinggal di Belanda. Lama
sudah oma tidak mendengar kabar dari kakaknya sejak terakhir kali pindah ke
rumah baru. Mungkin sekitar 12-15 tahun yang lalu.
Raut wajah oma seketika berubah muram setelah membaca surat
tersebut. Kemudian meninggalkan kami yang ada di lantai bawah, menuju ke
kamarnya yang ada di lantai dua. Kami semua heran dan bingung kenapa, karena
surat tersebut ditulis dalam Bahasa Belanda dan hanya oma yang memahaminya.
Akupun, tak paham apa maksudnya.
Dua jam kemudian oma turun dan bercerita kepada kami semua.
“Booley meninggal, Grace kirim surat ini. Sebulan yang lalu
dia meninggal. Surat ini dikirim tepat setelah dia meninggal”, terang oma.
“Booley? Siapa itu oma?” tanyaku kepada oma
“Booley adalah kakak oma dari ayah Belanda. Nama dia
sebenarnya adalah Eric Carl von Bannisshet. Tapi kami semua memanggilnya
Booley. Dia sudah tua sekali. Aku begitu merindukannya. Aku masih berharap bisa
bertemu dengannya dan Grace sekali saja. Tapi ternyata Tuhan lebih sayang
Booley” jelas oma kepada kami semua.
Mama memeluk oma yang sedang bersedih dan aku pun seketika
memikirkan pohon silsilah keluargaku dari oma. Lama sekali rasanya aku sudah
melupakan keinginanku untuk mencari silsilah itu. Aku tak ingin hubungan
keluarga ini terputus.
Esok harinya aku membalas surat tersebut menggunakan Bahasa
Inggris, karena memang aku tak memahami bahasa negeri oranye itu. Aku lampirkan
lah disana alamat e-mail ku agar
dengan mudah kita berkomunikasi dalam sekejap.
Tiga minggu kemudian, ada satu email yang mencantumkan nama
Allysa. Allysa adalah cucu dari Booley. Kami berhubungan singkat saja, karena
ada hal yang memang harus dibicarakan. Tapi sayang sekali, hanya terkesan
formalitas.
Tiga tahun berselang, aku bersihkan lah email salah satu
media sosial yang saat ini sedang ramai dipergunakan orang. Aku sangat terkejut
ketika melihat nama Allysa disana. Nama yang tak asing itu muncul setelah 3
tahun, dan masih menanyakan kabar oma. Seketika akupun membalasnya, dan
mengatakan,
“Hi Allysa, so sorry for late late respond on your messages,
it didn’t give me any notification at all. So how are you? Is everyone ok
there?”
“Well… hi Prisca, its ok. Maybe we just have to talk now. I never
know you and your grandmother. So how are you and everyone there? “
Percakapan kami berdua mengalir bagai air, bagai dua orang
manusia yang sudah saling mengenal satu sama lain sejak lama. Well.. mungkin inilah saatnya aku
kembali menelisik akar dari kehadiranku di dunia ini.
Inspired by a true story
Pr/Br
Tidak ada komentar:
Posting Komentar