Rabu, 30 Januari 2019

Jomblo bukan karena Ekonomi

 
 
 
Halo Guys, ketemu lagi dengan aku si penulis dua renjana, guys beberapa bulan ini kita akan di sajikan dengan banyaknya pristiwa pristiwa yg kental dengan atmofir politik, kampaye bahkan perdebatan perdebatan antara jurkam jurkam cawapres bahkan mungkin ada diantara kalian yg ikutan panas dan pastinya ikutan juga berkomentar tentang politik, itu wajar dan bebas guys di negara demokrasi ini memang tidak ada larangan bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya bahkan dilindungi oleh negara.
 
Sebenarnya aku tidak berminat untuk ikut ikutan komentar yg menyangkut politik, karna menurutku tidak berdampak apa apa terhadap kehidupanku tapi kali ini aku mau mencoba menganalisa pernyataan salah satu jurkam  paslon cawapres yg begitu menggelitik telingaku, aku gak tau kenapa sampai aku sangat tertarik dengan komentar ini. Nama Jurkannya adalah mas Gamal Albinsaid yg secara tidak sengaja waktu aku buka IG muncul postingan dari admin IG tentang pendapat mas Gamal mengenai factor Utama kejobloan di kalangan milinia, akun tersebut  memikiki nama  #KAMUHARUSTAU
 
 
Aku langsung aja yg guys kesimpulan yg dapat aku tarik menurut perspektif aku sendiri  atas postingan yg di lontarkan mas Gamal memiliki artinya "Jomblo di akibatkan banyaknya anak muda yg tidak mendapatkan pekerjaan", aku sangat setuju dengan pendapat ini, sangat sangat setuju memang salah satu faktor bagi laki laki di kota besar adalah pekerjaan, kebanyakan wanita di kota besar saat ini melihat factor pekerjaan dalam menentukan pasangan dikarekan ini menyangkut masa depan si wanita dan keturunannya,perlu di garis bawai ya guys SALAH SATU FAKTOR. Jika kita teliti lagi banyaknya lulusan sarjana yg tidak dibekali skill gagal mendapatkan pekerjaan yg memiliki masa depan baik, minder atau klo tidak peluang kegagalan mereka dalam mendapatkan pasangan semakin besar hingga mencapai 70 % sehingga membuat presentasi jomblo bagi kau pria semakin melonjak.
 
 
Dan jika Dr Gamal menyimpulkan banyaknya pengangguran di karenakan tidak adanya lapangan pekerjaan yg di sebabkan oleh perekonomian Indonesia yg lesu, mungkin menurut saya itu juga merupakan salah satu factor saja, karna menurutku kejombloan tidak hanya di sebabkan oleh hal itu, ada juga orang yg mempunyai pekerjaan dengan masa depan yg baik bahkan mempunyai jabatan yg masih menjomblo apalagi jika yg di maksut ber gender wanita,kalian pasti punyakan temen wanita seperti itu, cantik kaya tapi masih menjoblo, ya kan? klo kita coba kupas kenapa hal ini bisa terjadi itu di sebabkan mungkin kultur Indonesia yg belum sepenuhnya mengakui persamaan derajat antara pria dan wanita walaupun ibu Kartini telah memperjuangkan emansipasi wanita,tapi belum sepenuhnya bisa di terima, hal ini membuat para pria enggan atau tidak berani mendekati wanita yg kemapanannya berada di atas sang pria itu sendiri, ini juga ikut mendorong tumbuhnya para jomblo wati di kota besar
 
Faktor lain yg menyebabkan kejobloan di era globalisasi ini juga di sebabkan oleh masuknya atau mudahnya informasi tanpa adanya filter yg mengakibatkan banyaknya penyimpangan gerder (penyuka sesama jenis) tumbuh dan terus berkembang menjadi sebuah komunitas.
 
 
Guysss yg saya tuliskan di atas adalah gambaran kehidupan di kota besar tapi jangan lupa budaya Kawin mudah  pada masyarakat desa seharusnya bisa menjadi contoh gambaran dimana factor ekonomi tidak begitu  mendominasi berkembangnya status ke jombloan di negara ini.yg artinya walaupun seseorang belum mendapatkan pekerjaan atau pekerjaan yg di miliki tidak menjamin masa depan (istilah kasarnya pekerjaan serabutan) namun dikarenakan patuh terhadap budaya atau adat istiadat ini, dapat menjadi pendorong anak muda agar segera mendapat pasangan dan menikah di usia yg muda. fakta ini dapat sedikit membantah argument Dr Gamal yg mengatakan factor banyaknya penganguran yg dikarenakan ekonomi Indonesia yg sedang lesu menjadi penyebab Utama kejombloan di kalangan milinia.
 
 
Sebenarnya masih banyak lagi factor yg pemicunya tapi karena menurut saya 3 factor yg saya tuliskan di atas sudah cukup untuk memberikan masukan kepada para pembaca blog dua renjana agar tidak langsung menelan mentah mentah informasi yg bersifat pendapat subjektif dari seseorang, siapa pun itu karena di bulan bulan kampanye ini banyak sekali pendapat yg mempunyai unsur profokatif agar kita membeci pihak lainnya padahal apa yg mereka sampaikan belum tentu benar 100% ada baiknya pembaca dua renjana berfikir cerdas terlebih dahulu sebelum menentukan langkah.
 
Sekian sedikit tulisan dari saya tentang politik yg saat ini sedang ramai ramai ramai
 
 
 
-------------------------------------------------------Tamat-----------------------------------------------------------
 
Br/Pr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar